Payung Teduh with "Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan"



Hai guys, kali ini saya akan berbagi sebuah artikel review lagu dari salah satu band di negeri ini yaitu Payung Teduh. Mungkin dari kalian belum banyak yang tahu band ini, ya, bisa dibilang saya juga baru tahu akhir-akhir ini. Padahal band ini sudah terbentuk sejak tahun 2007. But, first time saya mendengar salah satu lagu dari band ini (sebut saja judul lagunya Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan), saya langsung jatuh hati dengan lirik yang disuguhkan. Pokoknya pemilihan diksi yang digunakan dalam lirik lagu tersebut benar-benar 'ciamik' deh. Bayangkan, dari judulnya saja sudah bikin hati terenyuh (terutama untuk para kaum hawa). I think this song's very romantic! :D
Penasaran dengan interpretasi lagu Payung Teduh dengan liriknya yang selalu meneduhkan dan membuat suasana hati menjadi tenang dan nyaman dengan alunan akustiknya? Yuk, check it out!

Tak terasa gelap pun jatuh, diujung malam menuju pagi yang dingin
Hanya ada sedikit bintang malam ini, mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya
Dari penggalan lirik lagu tersebut benar-benar bisa dibayangkan, betapa sang kekasih (seorang pria) begitu menghargai wanitanya hingga ia merasa suasana malam yang begitu dingin berasa tak berbintang sebab bagi si pria bintang dihatinya hanyalah wanita pujaannya itu. Yeah, u're so very beautiful tonight, beb! (So sweet banget kan ya? Perempuan mana yang nggak klepek-klepek!) :D

Lalu mataku merasa malu, semakin dalam ia malu kali ini
Ditengah suasana demikian nampak malu-malu keduanya (cieee, mesem-mesem). "Saat mata kita saling tatap sepertinya hanya sepasang bola matamu yang mampu kulihat dalam pancarannya yang menyilaukan. Sungguh, penuh sirat makna." Kurang lebih seperti itu yang diutarakan si pencipta lagu tersebut. (Ekhem.. ekhem..)

Kadang juga ia takut tatkala harus berpapasan ditengah pelariannya
Di malam hari menuju pagi, sedikit cemas banyak rindunya
Namun dari hal yang tengah mereka jalani saat ini, terkadang muncul rasa khawatir jika keadaan seperti demikian tidak mampu terulang dan cepat berlalu begitu saja apa yang akan terjadi? Tentu perasaan rindu yang akan menyelimuti. (Aish, takut LDR bang? Rela menahan jutaan rindu? Mending nggak usah deh, nyelekit! Emang rindu bisa terbayar dengan sepiring nasi dan uang satu gepok?! Belum lagi kepercayaan yang selalu dihantui dengan rasa khawatir. Jangan deh, jangan! Mungkin 'jarak jauh' lebih cocok jadi istilah buat tendangan daripada buat suatu hubungan. #CURCOLgagalLDR) :D

Ok, guys! Saya rasa itu saja postingan kali ini. The last, saya harap tidak ada pihak manapun yang tersinggung dari postingan ini. Just for fun! ^_^
Terimakasih Payung Teduh untuk lirik lagunya yang sudah menginspirasi.

Sumber gambar : https://www.tumblr.com/search/untuk%20perempuan%20yang%20sedang%20di%20pelukan

Aku Enggan Pulang!

Kota seribu wali...
Cirebon.
Dalam perasaan yang tumpang tindih, ada rindu yang dibekam oleh kecewa
Aku enggan pulang!
Dari beribu kenangan yang melekat diingatan dan kadang terlupakan
Aku tetap enggan pulang
Bukan aku tak ingin menyapamu, tapi aku enggan jatuh dalam perangkap pesakitan
Hingga aku berkata lagi, tetap, aku enggan pulang!
Semoga kiranya kita bisa bersua kembali
Walau entah kapan, sampai aku tak lagi berkata "aku enggan pulang!"

#Ngahuleng #4


… Lalu bukan berarti aku tidak lagi mempercayai adanya persahabatan jika sahabat selalu mengecewakan sebab aku masih memiliki hati. Hebatnya hati, ia selalu memerlukan kelapangan yang tak terukur untuk bisa memaafkan siapapun. Tanpa terkecuali. Bukan hanya sekedar musuh, tapi juga sahabat. Sepertiku yang selalu membutuhkannya sebab memaafkan seorang sahabat lebih sulit rasanya daripada memaafkan seorang musuh. Dari diam yang tak berkesudahan ini, aku ingin mengkhatamkannya. Aku tidak ingin lagi bermain dalam permainan petak umpet yang merumitkan selama hidupku, sahabatku bersembunyi dibalik perasaan bersalahnya, dan aku bersembunyi dibalik amarahku.
Namun jika perasaan itu masih juga menyalahinya, barangkali dia perlu tengok kisah Soekarno-Hatta. Dibalik kehebatan sebagai proklamator, apakah mereka tidak perlu membangun persahabatan yang hebat pula? Aku merinding membaca risalah-risalah jejak sejarah itu. Nyatanya, Hatta tidak pernah melupakan sahabatnya, Soekarno, selama 14 tahun yang tak pernah dijumpainya lagi usai mengundurkan diri sebagai wakil presiden. Dan akhirnya dalam keruntuhan bintang sahabatnya yang tak bersinar lagi di era 50’an, tetaplah Hatta menyempatkan diri menjenguk sahabat terdekatnya itu dalam suasana duka, 19 Juni 1970 tepat tiga hari sebelum Bung Karno meninggal dunia. Ya, pada akhirnya Hatta juga memerlukan kelapangan hati untuk Bung Karno yang pernah berkata “Hatta dan aku tak pernah berada dalam getaran-getaran gelombang yang sama.”

#Ngahuleng #3

#Ngahuleng #2