Naskah Drama Sangkuriang


 
  NASKAH DRAMA "SANGKURIANG"
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Seni
Kelas A
Dosen Pembimbing: Soekma Yeni Astuti, S.Sn. M.Sn

Oleh :
Kelompok 4
Kelas C
Rizka Ayu Novitasari             120210204056
Septia Ambarwati                  120210204069
Yulia Ismawati                       120210204082
Alfan Nur Afwan                   120210204113
Siti Sahronih                           120210204122
Gema Andica ‘Ainur .R.        120210204130


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
Semester Gasal 2014/2015





NASKAH DRAMA “SANGKURIANG”
Nama Tokoh Dan Pemeran:
1.      Dayang Sumbi                                                : Septia Ambarwati
2.      Sangkuriang                                        : Alfan Nur Afwan
3.      Nyi Endah/teman Dayang Sumbi       : Siti Sahronih
4.      Tumang/anjing sakti                            : kondisional
5.      Jiny oh jiny                                          : Gema Andica A, Riska Ayu
6.      Beberapa tohoh pembantu/ibu-ibu      : Siti Sahronih, Yulia Ismawati
Narator:
       Yulia Ismawati, Siti Sahronih
Penulis Skenario:
       Siti Sahronih

Prolog
       Dikisahkeun dina waktos sarebu taun tipengker, tanah nu ayeuna diidek tincak nyaeta Parahyangan dipimpin ku raja jeung ratu nu ngalahirkeun putri meuni geulis kacida. Dayang Sumbi, tah eta nami putri nu kasohor lantaran kageulisanana jeung kapinteranana. Hiji nu matak dipikaheman teh nyaeta ieu putri meuni manja.
       Dina hiji wanci, Dayang Sumbi nuju ngarajut di payun bumi istana barijeung ngarasa lemes, putri leungiteun benangna.
       Dikisahkan pada beribu-ribu tahun yang lalu, tanah Parahyangan dipimpin oleh seorang raja dan ratu yang memeiliki seorang putri yang begitu cantik.Dayang Sumbi, itulah nama putri yang terkenal karena kecantikan dan kecerdasannya. Hanya satu yang disayangkan darinya, dia begitu manja.
       Pada suatu hari saat sedang menenun di beranda istana, Dayang Sumbi merasa lemas dan pusing. Dia menjatuhkan pintalan benangnya berkali-kali.

Adegan1
Dayang Sumbi   : (marah) Aah! Jatuh lagi! Jatuh lagi! Kunaon sih? Aku malas mengambilnya lagi. Aku bersumpah! Siapapun dia jika ada yang mengambilkan pintalan benangku, kalau dia laki-laki, akan kujadikan suami, jika perempuan akan kujadikan saudara.

Narator:
Saparantosna putri ngecapkeun sumpah, torojol anjing sakti si Tumang.
Setelah kata-kata sumpah itu diucapkan, datang seekor anjing sakti yang bernama Tumang.

Tumang              : Ini pintalan benangnya, Tuan Putri! Sok mangga!
Dayang Sumbi           : (kaget) Haaahhh?? Kenapa seekor anjing  yang harus mengambil pintalan benangku? Berarti mau tak mau....., aku harus melaksanakan sumpahku dan menikahi anjing ini. Dedeuh Gusti, kumaha ieu?

Narator:
Kemudian Dayang Sumbi dan Tumang menikah dan hidup berbahagia hingga mereka dikaruniai seorang anak yang berupa anak manusia tapi memiliki kekuatan sakti seperti ayahnya. Anak ini diberi nama Sangkuriang.

Dimasa partumbuhana na, Sangkuriang teh biasa dibarengan ku si Tumang. Sangkuriang tumbuh jadi jajaka nu gagah jeung kasep tapi Sangkuriang teu apaleun yen Tumang teh bapana.

Pada suatu hari Dayang Sumbi memanggil putranya Sangkuriang.

Adegan 2
Dayang Sumbi           : Sangkuriang.. sangkuriang.. Nak, bunda teh bakal ngayakeun suatu pesta. Pergilah kau berburu rusa di hutan bersama si Tumang.
Sangkuriang              : Baik, bunda. Simkuring moal bakal balik sateuacana meunangkeun rusa.

Narator:
Tibalah sangkuriang di sebuah hutan.
Jol Sangkuriang nepi ka hutan.

Adegan 3
Sangkuriang      : Kemana  lagi ya, kamana deui atuh supaya simkuring bisa mendapatkan  seekor rusa? Dari tadi pagi sampai siang, aku menjelajahi hutan ini tapi tak kutemui seekor rusapun. Aku lelah sekali. Tapi aku tak ingin mengecewakan bunda. Aku tidak ingin pulang, kalau pulang tidak membawa hasil. Maafkan aku Tumang, terpaksa panah ini harus kutujukan padamu.

Narator:
Dengan sangat terpaksa dia mengambil sebatang panah dan mengarahkannya pada Tumang. Dan.....
Tak lama kemudian si Tumangpun sekarat kemudian mati.
Setibanya di rumah, Sangkuriang menyerahkan daging Tumang pada ibunya.

Adegan 4
Sangkuriang      : Bunda, ini teh daging rusa hasil tangkapan simkuring.
Dayang Sumbi   : Hatur nuhun, sayang. Kau hebat sekali. Bunda sangat gembira, Nak. Kau sudah pintar berburu rusa.

Narator:
Setelah menerima daging buruan sangkuriang, Dayang Sumbi melanjutkan acara pestanya. Sesaat setelah pesta usai Dayang Sumbi teringat pada si Tumang.

Adegan 5
Dayang Sumbi   : Dimana si Tumang teh euy? Dari kemarin aku tidak melihat dia. Coba kutanyakan pada Sangkuriang wae atuh kieu mah. Sangkuriang! Sangkuriang!
Sangkuriang      : Aya naon bunda? Ada apa?
Dayang sumbi    : Dimana si Tumang, Nak? Dari kemarin bunda tidak melihatnya. Sepertinya hari terakhir kemarin, dia ada bersamamu. Terus, kamana ayeuna si Tumang teh?
Sangkuriang      : (terdiam dan takut mendengar pertanyaan ibunya).
Tu, Tumang sudah mati bunda. Si Tumang teh geus maot.
Dayang Sumbi   : Mati??? Siapa yang membunuhnya? Saha pelakuna?
Sangkuriang      : (gugup) Jadi keieu bunda caritana teh. Kemarin, waktu aku berburu di hutan, sudah kujelajahi seluruh hutan dari pagi sampai siang, tapi aku tidak menemukan rusa seekorpun. Aku tidak ingin mengecewakan bunda. Jika aku pulang tidak membawa hasil buruan. Trus aku arahkan panahku pada si Tumang. Kemudian, kemudian.... dagingnya aku serahkan pada bunda.
Dayang Sumbi   : Apa?! Jadi, jadi daging yang kau serahkan pada bunda kemarin itu adalah daging si Tumang?
Sangkuriang      : Betul bunda. Eta teh daging si Tumang.
Dayang Sumbi   : (marah) Haaaahhhh! Dasar anak tak tau diri! Kau Pembunuh!! Teungteuingeun maneh mah, Sangkuriang!
Sangkuriang      : Aduh!  Kenapa bunda memukulku? Kunaon bunda teh meuni murka kitu atuh? Sangkuriang kecewa pada bunda! Baiklah, untuk menebus kesalahanku, aku akan  pergi mengembara.
Dayang Sumbi   : (amarahnya mereda) Sangkuriang! Sangkuriang! Jangan pergi Nak. Bunda menyesal Nak, sudah melukaimu dan mengatakan kau sebagai pembunuh. Ibu sangat sayang padamu. Kembalilah, Nak! Hampura, tong pundung kitu atuh! Sangkuriaaaaang…!!

Narator: 
Tapi sayang, semua sudah terlanjur. Sangkuriang tetap berlalu pergi meninggalkan ibunya.
Dayang Sumbi pun berdoa kepada para dewata agar bisa dipertemukan kembali dengan putranya. Doanya didengar para dewata penghuni kayangan. Dayang Sumbi diberi kemudaan dan kecantikan abadi, bahkan lebih cantik dari sebelumnya.

Bertahun-tahun kemudian, Sangkuriang yang telah melanglang buana ke seluruh penjuru bumi memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Sesampainya di sana, Sangkuriang terkejut karena semuanya sudah berubah. Dia tambah terkejut saat di jalan bertemu seorang wanita yang tak lain tak bukan adalah Dayang Sumbi. Namun mereka tak saling mengenali.
Sangkuriang mulai kagoda ku kageulisan Dayang Sumbi.

Adegan 6
Sangkuriang      : Heemmmm! Siapa gadis cantik itu ya? Saha eta awewe teh geulis pisan euy. Aku sungguh-sungguh terpesona melihatnya. Aku ingin berkenalan dengannya dan ingin meminangnya jadi istriku.
Nyi Endah          : Dayang, dayang… Itu aya jajaka euy. Adeuh, sorot socana meuni nyeredet kitu atuh. Saya rasa dia teh tertarik sama Dayang.
Dayang Sumbi   : Ah, naon sih kamu ini Nyi? (malu-malu).
Nyi Endah          : Serius saya teh, Dayang. Maenya simkuring ngecap teu aya bukti. Percanten wae ka saya teh pokokna mah.
Dayang Sumbi   : Tapi nya sih, saya juga merasa dia teh daritadi memperhatikan saya. Aduh, jadi henteu karuan ieu hate euy. Dag-dig-dug…
Sangkuriang      : Punteun awewe geulis. Hayang teu jadi pameget simkuring? Maukah kau menjadi istriku?
Dayang Sumbi   : Aduh, kumaha ieu teh Nyi? Bagaimana ini? (Dayang Sumbi berbisik pada Nyi Endah).
Nyi Endah          : Terima saja atuh, Dayang. Pan eta jajaka meuni kasep kacida, iraha deui aya jajaka kasep kitu. Hehe.
Dayang Sumbi   : Iya. iya. Tentu saja aku bersedia. Aku bersedia jadi istrimu. Kau tampan  sekali.

Narator: 
Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Ia minta tolong Dayang Sumbi untuk
merapikan ikat kepalanya.

Adegan 7
Sangkuriang      : Dinda, kadieu atuh! Aku mau pergi berburu ke hutan. Tolong rapikan ikat kepalaku.
Dayang Sumbi   : Iya kanda. (terkejut sambil memperhatikan luka dikepala sangkuriang dan memperhatikan wajahnya kemudian ketakutan). Haaahhh? Di kepala calon suamiku ini ada bekas luka. Dan bekas luka ini persis seperti luka anakku dulu yang telah pergi merantau. Kanda? Di kepalamu seperti ada bekas luka. Luka karena apa kanda? Luka naon ieu teh?
Sangkuriang      : Iya betul Dinda. Bekas luka di kepalaku ini teh karena dulu pernah dipukul ibuku. Ibuku sangat marah sekali padaku waktu itu. Setelah kejadian itu, kemudian aku pergi. Kutinggalkan ibuku sendiri.
Dayang Sumbi   : (bicara dalam hati) Ooohh!  Jadi, jadi… Dia, dia, anakku sangkuriang yang dulu merantau kini telah kembali berada dihadapanku. Dan, dan, wajahnya pun juga ternyata mirip sekali dengan anakku Sangkuriang. Duuuh kumaha ieu? Pemuda tampan yang akan menjadi calon suamiku adalah putraku sendiri. Aku hampir menikahi putraku sendiri. Aku harus menggagalkan proses peminanganku nanti!
Sangkuriang      : Nah sudah selesai. Sudah beres perlengkapanku berburu. Aku berangkat dulu ya, Dinda.
Dayang Sumbi   : Hati-hati Kanda.

Narator: 
Dayang Sumbi menjadi bingung kemudian bercerita kepada Nyi Endah.

Dayang Sumbi   : Nyi, Nyi Endah… (terburu-buru dan gelisah).
Nyi Endah          : Aya naon atuh, Dayang? Rieuh kitu katempona. Sok geura caritakeun. Ada apa sebenarnya hingga Dayang terlihat cemas seperti itu.
Dayang Sumbi   : Sangkuriang, Nyi. Sangkuriang…
Nyi Endah          : Kunaon Sangkuriang teh?
Dayang Sumbi   : Sangkuriang teh anak saya.
Nyi Endah          : (kaget) Haaah? Ah, teu percanten saya mah Dayang. Tidak percaya!!
Dayang Sumbi   : Percaya atuh Nyi, “trust me, it’s work!” (sponsor iklan). Dia memiliki bekas luka yang pernah saya pukul dulu, Nyi. Coba sok ikut saya, Nyi.

Narator:
Sepulangnya Sangkuriang dari berburu, Dayang Sumbi mencoba menjelaskan masalahnya.

Adegan 8
Dayang Sumbi   : Sangkuriang, Sangkuriang. Kamu teh anakku. Yang waktu dulu telah melukai kepalamu itu adalah aku. Ini Dayang Sumbi ibumu, Nak. Maafkan ibu, Nak. Hampura. Ibu sangat menyesal sekali sudah melukaimu. Dulu ibu terlalu emosi. Ibu dulu sedih sekali saat kau tinggalkan. Jangan lanjutkan keinginanmu untuk melamarku ya, Nak.
Nyi Endah          : Haah, ke heula ke heula.. Ieu teh sanes Sangkuriang. Ieu mah Harry Potter kitunya? (terkaget melihat luka Sangkuriang yang mirip dengan luka Harry Potter).
Dayang Sumbi   : Please atuh Nyi, jangan gagal fokus! Ada aq*a? (sponsor).
Sangkuriang      : Aaaahhhh! Kau cuma mengarang-ngarang cerita saja. Tidak mungkin! Kau tidak usah mengada-ngada. Apa yang kau katakan itu bohong! Aku tidak percaya! Oohh, TIDAK BISA!!
Dayang Sumbi   : Dengar anakku! Apa yang bunda ceritakan tadi adalah benar. Kau itu adalah putraku sendiri yang dulu pernah meninggalkanku. Bunda tidak bisa menikah denganmu, Sangkuriang! Teu bisa pokokna mah!
Sangkuriang      : Tidak bisa! Aku tidak peduli kau itu siapa! Pokoknya kita tetap akan menikah. Karena aku sangat mencintaimu.
Nyi Endah          :

Narator:  
Setelah Dayang Sumbi menjelaskan tentang dirinya, namun hal itu hanya dianggap angin lalu oleh Sangkuriang. Dayang Sumbi pun berpikir bagaimana caranya supaya pernikahan mereka gagal.

Adegan  9
Dayang Sumbi   :  Wahai calon suamiku, Sangkuriang, apakah kamu tetap ingin menikahi aku? Masih keukeuh?
Sangkuriang      :  Tentu saja, Dayang Sumbi, calon istriku yang cantik. Nu paling geulis!
Dayang Sumbi   : Kalau begitu, aku hendak mengajukan dua syarat jika kamu tetap ingin menikahiku.
Sangkuriang      : Apa syaratnya? Naon sok?
Dayang Sumbi   : Aku ingin kau membuat bendungan. Untuk membendung sungai Citarum dan membuatkan sebuah perahu untuk menyeberanginya. Kedua syarat itu harus sudah jadi sebelum fajar menyingsing. Kudu bisa pokokna mah!
Sangkuriang      :  Apa…??? (berpikir keras)
                            Sebentar, saya calling 911 dulu. (menghubungi jinny).
Jinny 1                :  Hallo, aya naon bos?
Sangkuriang      :  Jinny, kesini atuh! Aya proyek yeuh. Ada kerjaan.
Jinny 1                : Kerjaan naon bos? Kita teh lagi sibuk nih, lagi main COC. Si bos mah mengganggu saja.
Sangkuriang      :  Sudah, pokonya mah kesini saja. Sekarang!
Jinny 2                :  Heh, aya naon? Kedengarannya teh si bos serius. Udah hayu caw lah!
Jinny 1                : Nanti dulu belegug, ah dasar kamu si borokokok sama kayak si bos. Nanggung nih COC-nya. Hehehe.
Jinny 2                : Ah, kamu ini. Udah hayuu! (menghilang).

(Di tempat kejadian)
Jinny 2                : Aya naon ini teh, bos?
Sangkuriang      : Anu, saya teh lagi anu. Karena disuruh anu jadi anu. Kumaha mau anu coba?
Jinny 1                : Oh, begitu bos. Lebih baik bos anu saja daripada anu. Kan lebih anu.
Jinny 2                : Heh, kalau ngomong yang benar atuh, jangan una-anu una-anu. Ini teh bukan drama Sangkuriang ke-anuan. Sok, ngomong yang jelas bos!
Dayang Sumbi   : Bagaimana Sangkuriang? Kamu teh tidak memiliki banyak waktu. Sok putuskan!
Sangkuriang      : Aaah! Diam. Baik! Akan aku penuhi syaratmu! Bakal dilakonan ku saya pokokna mah. Jangankan membendung sungai Citarum dan membuatkan perahu untukmu dalam satu malam, seberangi lautan dan ambilkan bulan juga akan kulakukan demi kamu, Dayang. Meskipun aku mah apa atuh?!
                            Kau lihat sendiri kan, aku punya jin-jin sakti. Hahaha. (tertawa terbahak dan meremekan).
Jinny 1                :  Haaah? Yang benar atuh saja bos? Membendung sungai Citarum?
Jinny 2                : Membuat perahu?
Jinny 1 dan 2     : Dalam satu malam? Oooh noo!!
Sangkuriang      : Sudah diam kalian borokokok! Pokoknya kita akan penuhi kemauan Dayang Sumbi.

Narator:
Tak lama kemudian, Sangkuriangpun pergi berlalu dari hadapan Dayang Sumbi dan segera
bekerja melaksanakan permintaan Dayang Sumbi
Tak lupa dia juga menggunakan kekuatan yang dia dapat dari ayahnya untuk memanggil jin-jin
dan membantunya. Dengan lumpur dan tanah mereka membendung air dari sungai dan mata
air. Beberapa saat sebelum fajar, Sangkuriang  menebang sebatang pohon besar untuk membuat
sebuah perahu.

Adegan 10
Dayang Sumbi   : (cemas) Duuuh kumaha ini? Bendungan dan perahu Sangkuriang, sebentar lagi akan segera jadi. Aku teh harus cari cara menggagalkan pekerjaan Sangkuriang.
                            (menelpon Nyi Endah) Nyi, kumaha ini teh Nyi?
Nyi Endah          : Aya naon deui atuh, Dayang? Nggak tahu orang lagi enak-enak mimpi ketemu sama Lee Min Ho malah dibangunin gini atuh. Deudeuh, teungteuingeun anjeun mah! Jadi kepotong kan mimpina.
Dayang Sumbi   : Sangkuriang Nyi, Sagkuriang.
Nyi Endah          : Aya naon deui sama Sangkuriang teh? Sangkuriang duel sama Lee Min Ho kitu?
Dayang Sumbi   : Aduuh, bukan itu Nyi! Sok buka twitter dulu coba!
Nyi Endah          : Whaatt? Ada apa dengan twitter? Ke diantos heula.
                            (mulai membuka twitter)...
                            “trending topic:
                            #voteSangkuriangMembendungSungaiCitarumdanMembuatPerahu”
Nyi Endah          : Waah, gawat ini.
Dayang Sumbi   : Jadi kumaha ini teh Nyi?
Nyi Endah          : Nggak perlu pikir panjang, langsung broadcast ibu-ibu Parahyangan sekarang juga atuh! Saya juga akan menghubungi Nyi Euis.
Kemudian Nyi Endah menghubungi Nyi Euis…
Nyi Endah           : Nyi, aya dimana ayeuna?
Nyi Euis              : Lagi di clubbing saya teh Nyi. Aya naon?
Nyi Endah           : Tah kabeneran, geus ajak wae orang-orang yang ada di klub. Ada proyek.
Nyi Euis              : Oke, siap meluncuuuur…!!!

Narator:
Ketika Dayang Sumbi melihat bahwa Sangkuriang hampir menyelesaikan pekerjaannya, dia berdoa pada dewa-dewa untuk merintangi pekerjaan anaknya dan mempercepat datangnya pagi. 
Setelah memberitahukan informasi kepada ibu-ibu setanah Parahyangan, akhirnya banyak yang mendukung Dayang Sumbi dan mereka mulai mencari akal agar rencana Sangkuriang untuk membendung sungai Citarum gagal dan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Warga kemudian meminta bantuan masyarakat sekitar agar menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur dan membangunkan ayam-ayam jago supaya berkokok. Suasana malampun berubah menjadi suasana fajar.

Jinny 1                : Bos, kumaha ini? Fajar sudah menyingsing.
Jinny 2                : Iya, bos matahari teh sudah mulai terbit.
Sangkuriang      : (marah) Aahh! Kalian teh bisa diam tidak.
                            (marah) Haaaahhhh!!! Ku kutuk kau Dayang Sumbi!

Narator:
Sangkuriang pun menghentikan pekerjaannya karena merasa telah gagal memenuhi syarat Dayang Sumbi. Dengan sangat marah dan  kesal dia mengutuk Dayang Sumbi kemudian merusak bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Dan Desa-desa pun tenggelam karena air bendungan. Lalu, Sangkuriang pun menendang perahu buatannya sendiri yang hampir jadi ke tengah hutan hingga perahu itu berada dalam keadaan terbalik, dan membentuk Gunung Tangkuban Perahu (perahu yang menelungkub).