Naskah Drama Sangkuriang
Labels:
Tugas Kuliah
- Tuesday, May 12, 2015
NASKAH DRAMA "SANGKURIANG"
Kelas A
Dosen Pembimbing: Soekma Yeni
Astuti, S.Sn. M.Sn
Oleh :
Kelompok 4
Kelas C
Rizka Ayu Novitasari 120210204056
Septia Ambarwati 120210204069
Yulia Ismawati 120210204082
Alfan Nur Afwan 120210204113
Siti Sahronih 120210204122
Gema Andica ‘Ainur .R. 120210204130
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN
ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2015
2015
Semester Gasal 2014/2015
NASKAH DRAMA “SANGKURIANG”
NASKAH DRAMA “SANGKURIANG”
Nama
Tokoh Dan Pemeran:
1.
Dayang Sumbi :
Septia Ambarwati
2.
Sangkuriang :
Alfan Nur Afwan
3.
Nyi Endah/teman Dayang Sumbi : Siti Sahronih
4.
Tumang/anjing sakti :
kondisional
5.
Jiny oh jiny :
Gema Andica A, Riska Ayu
6.
Beberapa tohoh pembantu/ibu-ibu : Siti Sahronih, Yulia Ismawati
Narator:
Yulia Ismawati, Siti Sahronih
Penulis
Skenario:
Siti Sahronih
Prolog
Dikisahkeun dina waktos
sarebu taun tipengker, tanah nu ayeuna diidek tincak nyaeta Parahyangan
dipimpin ku raja jeung ratu nu ngalahirkeun putri meuni geulis kacida. Dayang
Sumbi, tah eta nami putri nu kasohor lantaran kageulisanana jeung
kapinteranana. Hiji nu matak dipikaheman teh nyaeta ieu putri meuni manja.
Dina hiji wanci, Dayang Sumbi nuju
ngarajut di payun bumi istana barijeung ngarasa lemes, putri leungiteun
benangna.
Dikisahkan pada
beribu-ribu tahun yang lalu, tanah Parahyangan dipimpin oleh seorang raja dan
ratu yang memeiliki seorang putri yang begitu cantik.Dayang Sumbi, itulah nama
putri yang terkenal karena kecantikan dan kecerdasannya. Hanya satu yang
disayangkan darinya, dia begitu manja.
Pada suatu hari saat sedang menenun di beranda istana, Dayang
Sumbi merasa lemas dan pusing. Dia menjatuhkan pintalan benangnya berkali-kali.
Adegan1
Dayang Sumbi :
(marah) Aah! Jatuh lagi! Jatuh lagi! Kunaon sih? Aku malas mengambilnya lagi.
Aku bersumpah! Siapapun dia jika ada
yang mengambilkan pintalan benangku, kalau dia laki-laki, akan kujadikan suami,
jika perempuan akan kujadikan saudara.
Narator:
Saparantosna
putri ngecapkeun sumpah, torojol anjing sakti si Tumang.
Setelah kata-kata sumpah itu
diucapkan, datang seekor anjing sakti yang bernama Tumang.
Tumang : Ini pintalan benangnya, Tuan Putri! Sok mangga!
Tumang : Ini pintalan benangnya, Tuan Putri! Sok mangga!
Dayang Sumbi : (kaget) Haaahhh?? Kenapa seekor
anjing yang harus mengambil pintalan benangku? Berarti mau tak mau.....,
aku harus melaksanakan sumpahku dan menikahi anjing ini. Dedeuh Gusti, kumaha ieu?
Narator:
Kemudian Dayang Sumbi dan Tumang
menikah dan hidup berbahagia hingga mereka dikaruniai seorang anak yang berupa
anak manusia tapi memiliki kekuatan sakti seperti ayahnya. Anak ini diberi nama
Sangkuriang.
Dimasa partumbuhana na, Sangkuriang
teh biasa dibarengan ku si Tumang. Sangkuriang tumbuh jadi jajaka nu gagah
jeung kasep tapi Sangkuriang teu apaleun yen Tumang teh bapana.
Pada suatu hari Dayang Sumbi
memanggil putranya Sangkuriang.
Adegan 2
Dayang Sumbi : Sangkuriang.. sangkuriang.. Nak, bunda teh bakal ngayakeun suatu pesta. Pergilah kau berburu rusa di hutan
bersama si Tumang.
Sangkuriang : Baik, bunda. Simkuring moal bakal balik sateuacana meunangkeun rusa.
Narator:
Tibalah sangkuriang di sebuah hutan.
Jol Sangkuriang nepi ka hutan.
Adegan 3
Adegan 3
Sangkuriang : Kemana lagi ya, kamana deui atuh supaya simkuring bisa mendapatkan seekor
rusa? Dari tadi pagi sampai siang, aku menjelajahi hutan ini tapi tak kutemui
seekor rusapun. Aku lelah sekali. Tapi aku tak ingin mengecewakan bunda. Aku
tidak ingin pulang, kalau pulang tidak membawa hasil. Maafkan aku Tumang,
terpaksa panah ini harus kutujukan padamu.
Narator:
Dengan sangat terpaksa dia mengambil sebatang panah dan mengarahkannya pada Tumang. Dan.....
Tak lama kemudian si Tumangpun sekarat kemudian mati.
Setibanya di rumah, Sangkuriang menyerahkan daging Tumang
pada ibunya.
Adegan 4
Sangkuriang : Bunda, ini teh daging rusa hasil tangkapan simkuring.
Adegan 4
Sangkuriang : Bunda, ini teh daging rusa hasil tangkapan simkuring.
Dayang Sumbi : Hatur
nuhun, sayang. Kau hebat sekali. Bunda sangat gembira, Nak. Kau sudah
pintar berburu rusa.
Narator:
Setelah menerima daging buruan
sangkuriang, Dayang Sumbi melanjutkan acara pestanya. Sesaat setelah pesta usai
Dayang Sumbi teringat pada si Tumang.
Adegan 5
Dayang Sumbi : Dimana si Tumang teh euy? Dari kemarin aku tidak melihat
dia. Coba kutanyakan pada Sangkuriang wae
atuh kieu mah. Sangkuriang! Sangkuriang!
Sangkuriang : Aya
naon bunda? Ada apa?
Dayang sumbi : Dimana si Tumang, Nak? Dari kemarin
bunda tidak melihatnya. Sepertinya hari terakhir kemarin, dia ada bersamamu.
Terus, kamana ayeuna si Tumang teh?
Sangkuriang : (terdiam dan takut mendengar
pertanyaan ibunya).
Tu, Tumang sudah mati bunda. Si Tumang teh geus maot.
Tu, Tumang sudah mati bunda. Si Tumang teh geus maot.
Dayang Sumbi : Mati??? Siapa yang membunuhnya? Saha pelakuna?
Sangkuriang : (gugup) Jadi keieu bunda caritana teh. Kemarin, waktu aku berburu di
hutan, sudah kujelajahi seluruh hutan dari pagi sampai siang, tapi aku tidak
menemukan rusa seekorpun. Aku tidak ingin mengecewakan bunda. Jika aku pulang
tidak membawa hasil buruan. Trus aku arahkan panahku pada si Tumang. Kemudian,
kemudian.... dagingnya aku serahkan pada bunda.
Dayang Sumbi : Apa?! Jadi, jadi daging yang kau
serahkan pada bunda kemarin itu adalah daging si Tumang?
Sangkuriang : Betul bunda. Eta teh daging si Tumang.
Dayang Sumbi : (marah) Haaaahhhh! Dasar anak
tak tau diri! Kau Pembunuh!! Teungteuingeun
maneh mah, Sangkuriang!
Sangkuriang : Aduh! Kenapa bunda memukulku?
Kunaon bunda teh meuni murka kitu atuh? Sangkuriang kecewa pada bunda! Baiklah,
untuk menebus kesalahanku, aku akan pergi mengembara.
Dayang Sumbi : (amarahnya mereda) Sangkuriang!
Sangkuriang! Jangan pergi Nak. Bunda menyesal Nak, sudah melukaimu dan
mengatakan kau sebagai pembunuh. Ibu sangat sayang padamu. Kembalilah, Nak! Hampura, tong pundung kitu atuh!
Sangkuriaaaaang…!!
Narator:
Tapi sayang, semua sudah terlanjur.
Sangkuriang tetap berlalu pergi meninggalkan ibunya.
Dayang Sumbi pun berdoa kepada para dewata agar bisa dipertemukan kembali dengan putranya. Doanya didengar para dewata penghuni kayangan. Dayang Sumbi diberi kemudaan dan kecantikan abadi, bahkan lebih cantik dari sebelumnya.
Dayang Sumbi pun berdoa kepada para dewata agar bisa dipertemukan kembali dengan putranya. Doanya didengar para dewata penghuni kayangan. Dayang Sumbi diberi kemudaan dan kecantikan abadi, bahkan lebih cantik dari sebelumnya.
Bertahun-tahun kemudian, Sangkuriang yang telah melanglang buana ke seluruh penjuru bumi memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Sesampainya di sana, Sangkuriang terkejut karena semuanya sudah berubah. Dia tambah terkejut saat di jalan bertemu seorang wanita yang tak lain tak bukan adalah Dayang Sumbi. Namun mereka tak saling mengenali.
Sangkuriang mulai kagoda ku
kageulisan Dayang Sumbi.
Adegan 6
Sangkuriang : Heemmmm! Siapa gadis cantik itu ya?
Saha eta awewe teh geulis pisan euy.
Aku sungguh-sungguh terpesona melihatnya. Aku ingin berkenalan dengannya dan
ingin meminangnya jadi istriku.
Nyi Endah : Dayang,
dayang… Itu aya jajaka euy. Adeuh, sorot socana meuni nyeredet kitu atuh. Saya
rasa dia teh tertarik sama Dayang.
Dayang Sumbi : Ah, naon sih kamu ini Nyi? (malu-malu).
Nyi Endah : Serius
saya teh, Dayang. Maenya simkuring ngecap teu aya bukti.
Percanten wae ka saya teh pokokna
mah.
Dayang Sumbi : Tapi nya sih, saya juga merasa dia teh daritadi memperhatikan saya. Aduh,
jadi henteu karuan ieu hate euy. Dag-dig-dug…
Sangkuriang : Punteun
awewe geulis. Hayang teu jadi pameget simkuring? Maukah kau menjadi
istriku?
Dayang Sumbi : Aduh, kumaha ieu teh Nyi?
Bagaimana ini? (Dayang Sumbi berbisik
pada Nyi Endah).
Nyi Endah : Terima
saja atuh, Dayang. Pan eta jajaka meuni kasep kacida, iraha
deui aya jajaka kasep kitu. Hehe.
Dayang Sumbi : Iya. iya. Tentu saja aku bersedia.
Aku bersedia jadi istrimu. Kau tampan sekali.
Narator:
Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Ia minta
tolong Dayang Sumbi untuk
merapikan ikat kepalanya.
Adegan 7
Sangkuriang : Dinda, kadieu atuh! Aku mau pergi berburu ke hutan. Tolong rapikan ikat
kepalaku.
Dayang Sumbi : Iya kanda. (terkejut sambil
memperhatikan luka dikepala sangkuriang dan memperhatikan wajahnya kemudian
ketakutan). Haaahhh? Di kepala calon suamiku ini ada bekas luka. Dan bekas
luka ini persis seperti luka anakku dulu yang telah pergi merantau. Kanda? Di
kepalamu seperti ada bekas luka. Luka karena apa kanda? Luka naon ieu teh?
Sangkuriang : Iya betul Dinda. Bekas luka di kepalaku
ini teh karena dulu pernah dipukul
ibuku. Ibuku sangat marah sekali padaku waktu itu. Setelah kejadian itu,
kemudian aku pergi. Kutinggalkan ibuku sendiri.
Dayang Sumbi : (bicara dalam hati) Ooohh!
Jadi, jadi… Dia, dia, anakku sangkuriang yang dulu merantau kini telah kembali
berada dihadapanku. Dan, dan, wajahnya pun juga ternyata mirip sekali dengan
anakku Sangkuriang. Duuuh kumaha ieu?
Pemuda tampan yang akan menjadi calon suamiku adalah putraku sendiri. Aku
hampir menikahi putraku sendiri. Aku harus menggagalkan proses peminanganku
nanti!
Sangkuriang : Nah sudah selesai. Sudah beres
perlengkapanku berburu. Aku berangkat dulu ya, Dinda.
Dayang Sumbi : Hati-hati Kanda.
Narator:
Dayang Sumbi menjadi bingung kemudian bercerita kepada Nyi
Endah.
Dayang Sumbi : Nyi, Nyi
Endah… (terburu-buru dan gelisah).
Nyi Endah : Aya naon atuh, Dayang? Rieuh kitu katempona. Sok
geura caritakeun. Ada apa sebenarnya hingga Dayang terlihat cemas
seperti itu.
Dayang Sumbi : Sangkuriang, Nyi. Sangkuriang…
Nyi Endah : Kunaon
Sangkuriang teh?
Dayang Sumbi :
Sangkuriang teh anak
saya.
Nyi Endah : (kaget) Haaah? Ah, teu percanten saya mah Dayang. Tidak percaya!!
Dayang Sumbi : Percaya atuh Nyi, “trust me, it’s
work!” (sponsor iklan). Dia
memiliki bekas luka yang pernah saya pukul dulu, Nyi. Coba sok ikut saya, Nyi.
Narator:
Sepulangnya Sangkuriang dari berburu, Dayang Sumbi mencoba
menjelaskan masalahnya.
Adegan 8
Dayang Sumbi : Sangkuriang, Sangkuriang. Kamu teh anakku. Yang waktu dulu telah
melukai kepalamu itu adalah aku. Ini Dayang Sumbi ibumu, Nak. Maafkan ibu, Nak.
Hampura. Ibu sangat menyesal sekali
sudah melukaimu. Dulu ibu terlalu emosi. Ibu dulu sedih sekali saat kau
tinggalkan. Jangan lanjutkan keinginanmu untuk melamarku ya, Nak.
Nyi Endah : Haah, ke heula ke heula.. Ieu teh sanes Sangkuriang. Ieu mah Harry Potter
kitunya? (terkaget melihat luka
Sangkuriang yang mirip dengan luka Harry Potter).
Dayang Sumbi :
Please atuh Nyi, jangan gagal fokus! Ada
aq*a? (sponsor).
Sangkuriang : Aaaahhhh! Kau cuma mengarang-ngarang
cerita saja. Tidak mungkin! Kau tidak usah mengada-ngada. Apa yang kau katakan
itu bohong! Aku tidak percaya! Oohh, TIDAK BISA!!
Dayang Sumbi : Dengar anakku! Apa yang bunda
ceritakan tadi adalah benar. Kau itu adalah putraku sendiri yang dulu pernah
meninggalkanku. Bunda tidak bisa menikah denganmu, Sangkuriang! Teu bisa pokokna mah!
Sangkuriang : Tidak bisa! Aku tidak peduli kau
itu siapa! Pokoknya kita tetap akan menikah. Karena aku sangat mencintaimu.
Nyi Endah :
Narator:
Setelah Dayang Sumbi menjelaskan
tentang dirinya, namun hal itu hanya dianggap angin lalu oleh Sangkuriang.
Dayang Sumbi pun berpikir bagaimana caranya supaya pernikahan mereka gagal.
Adegan 9
Dayang Sumbi : Wahai calon suamiku, Sangkuriang, apakah kamu
tetap ingin menikahi aku? Masih keukeuh?
Sangkuriang : Tentu saja, Dayang Sumbi, calon istriku yang
cantik. Nu paling geulis!
Dayang Sumbi : Kalau begitu, aku hendak mengajukan
dua syarat jika kamu tetap ingin menikahiku.
Sangkuriang : Apa syaratnya? Naon sok?
Dayang Sumbi : Aku ingin kau membuat bendungan.
Untuk membendung sungai Citarum dan membuatkan sebuah perahu untuk
menyeberanginya. Kedua syarat itu harus sudah jadi sebelum fajar menyingsing. Kudu bisa pokokna mah!
Sangkuriang : Apa…??? (berpikir
keras)
Sebentar,
saya calling 911 dulu. (menghubungi jinny).
Jinny 1 :
Hallo, aya naon bos?
Sangkuriang : Jinny,
kesini atuh! Aya proyek yeuh. Ada kerjaan.
Jinny
1 : Kerjaan naon bos? Kita teh lagi sibuk nih, lagi main COC. Si
bos mah mengganggu saja.
Sangkuriang :
Sudah, pokonya mah kesini saja. Sekarang!
Jinny 2 : Heh, aya naon? Kedengarannya teh si
bos serius. Udah hayu caw lah!
Jinny 1 : Nanti dulu belegug, ah
dasar kamu si borokokok sama kayak si bos. Nanggung nih COC-nya. Hehehe.
Jinny 2 :
Ah, kamu ini. Udah hayuu! (menghilang).
(Di tempat kejadian)
Jinny 2 : Aya naon ini teh, bos?
Sangkuriang : Anu,
saya teh lagi anu. Karena disuruh anu
jadi anu. Kumaha mau anu coba?
Jinny 1 :
Oh, begitu bos. Lebih baik bos anu saja daripada anu. Kan lebih anu.
Jinny 2 :
Heh, kalau ngomong yang benar atuh, jangan
una-anu una-anu. Ini teh bukan drama
Sangkuriang ke-anuan. Sok, ngomong
yang jelas bos!
Dayang Sumbi :
Bagaimana Sangkuriang? Kamu teh tidak
memiliki banyak waktu. Sok putuskan!
Sangkuriang :
Aaah! Diam. Baik! Akan aku penuhi syaratmu! Bakal
dilakonan ku saya pokokna mah. Jangankan
membendung sungai Citarum dan membuatkan perahu untukmu dalam satu malam,
seberangi lautan dan ambilkan bulan juga akan kulakukan demi kamu, Dayang.
Meskipun aku mah apa atuh?!
Kau lihat sendiri kan, aku punya
jin-jin sakti. Hahaha. (tertawa terbahak
dan meremekan).
Jinny 1 : Haaah? Yang benar atuh saja bos? Membendung sungai
Citarum?
Jinny 2 : Membuat perahu?
Jinny 1 dan 2 :
Dalam satu malam? Oooh noo!!
Sangkuriang : Sudah diam kalian borokokok!
Pokoknya kita akan penuhi kemauan Dayang Sumbi.
Narator:
Tak lama kemudian, Sangkuriangpun pergi berlalu dari hadapan
Dayang Sumbi dan segera
bekerja melaksanakan permintaan Dayang Sumbi
Tak lupa dia juga menggunakan kekuatan yang dia dapat dari ayahnya
untuk memanggil jin-jin
dan membantunya. Dengan lumpur dan tanah mereka membendung
air dari sungai dan mata
air. Beberapa saat sebelum fajar, Sangkuriang menebang
sebatang pohon besar untuk membuat
sebuah perahu.
Adegan 10
Dayang Sumbi : (cemas) Duuuh kumaha ini? Bendungan dan perahu
Sangkuriang, sebentar lagi akan segera jadi. Aku teh harus cari cara menggagalkan pekerjaan Sangkuriang.
(menelpon Nyi Endah) Nyi, kumaha ini teh Nyi?
Nyi Endah : Aya naon deui atuh, Dayang? Nggak tahu
orang lagi enak-enak mimpi ketemu sama Lee Min Ho malah dibangunin gini atuh. Deudeuh, teungteuingeun anjeun mah! Jadi kepotong kan mimpina.
Dayang Sumbi :
Sangkuriang Nyi, Sagkuriang.
Nyi Endah : Aya
naon deui sama Sangkuriang teh? Sangkuriang
duel sama Lee Min Ho kitu?
Dayang Sumbi :
Aduuh, bukan itu Nyi! Sok buka twitter dulu coba!
Nyi Endah : Whaatt?
Ada apa dengan twitter? Ke diantos
heula.
(mulai
membuka twitter)...
“trending topic:
#voteSangkuriangMembendungSungaiCitarumdanMembuatPerahu”
Nyi Endah : Waah, gawat ini.
Dayang Sumbi : Jadi kumaha
ini teh Nyi?
Nyi Endah : Nggak perlu pikir
panjang, langsung broadcast ibu-ibu Parahyangan sekarang juga atuh! Saya
juga akan menghubungi Nyi Euis.
Kemudian
Nyi Endah menghubungi Nyi Euis…
Nyi
Endah : Nyi, aya dimana
ayeuna?
Nyi
Euis : Lagi di clubbing saya
teh Nyi. Aya naon?
Nyi
Endah : Tah kabeneran, geus ajak
wae orang-orang yang ada di klub. Ada proyek.
Nyi
Euis : Oke, siap
meluncuuuur…!!!
Narator:
Ketika Dayang Sumbi melihat bahwa
Sangkuriang hampir menyelesaikan pekerjaannya, dia berdoa pada dewa-dewa untuk
merintangi pekerjaan anaknya dan mempercepat datangnya pagi.
Setelah memberitahukan informasi
kepada ibu-ibu setanah Parahyangan, akhirnya banyak yang mendukung Dayang Sumbi
dan mereka mulai mencari akal agar rencana Sangkuriang untuk membendung sungai
Citarum gagal dan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Warga kemudian meminta bantuan masyarakat sekitar agar menggelar kain
sutera berwarna merah di sebelah timur dan membangunkan ayam-ayam jago supaya
berkokok. Suasana malampun berubah menjadi suasana fajar.
Jinny 1 :
Bos, kumaha ini? Fajar sudah menyingsing.
Jinny 2 :
Iya, bos
matahari teh sudah mulai terbit.
Sangkuriang : (marah) Aahh! Kalian teh bisa diam tidak.
(marah) Haaaahhhh!!! Ku kutuk kau Dayang Sumbi!
Narator:
Sangkuriang pun menghentikan
pekerjaannya karena merasa telah gagal memenuhi syarat Dayang Sumbi. Dengan
sangat marah dan kesal dia mengutuk Dayang Sumbi kemudian merusak
bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Dan Desa-desa pun tenggelam karena air
bendungan. Lalu, Sangkuriang pun menendang perahu buatannya sendiri yang hampir
jadi ke tengah hutan hingga perahu itu berada dalam keadaan terbalik, dan
membentuk Gunung Tangkuban Perahu (perahu yang menelungkub).
Subscribe to:
Posts (Atom)